Sabtu, Januari 17, 2009
Pencuri
Pencuri
Suatu ketika, tinggallah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu, terdiri dari
orangtua, dan kedua anak laki-lakinya. Kekayaan mereka sangatlah berlimpah.
Lumbung mereka, penuh dengan tumpukan padi dan gandum. Ladang mereka luas,
lengkap dengan ratusan hewan ternak.
Namun, pada suatu malam, ada pencuri yang datang ke lumbung mereka. Sebagian
besar padi yang baru di tuai, lenyap tak berbekas. Tak ada yang tahu siapa
pencuri itu. Kejadian itu terus berulang, hingga beberapa malam berikutnya. Akan
tetapi, tak ada yang mampu menangkap pencurinya.
Sang tuan rumah tentu berang dengan hal ini. "Pencuri terkutuk!!, akan kuikat
dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri." Begitu teriak sang tuan
rumah. "Aku akan menangkap sendiri, biar rasakan pembalasanku."
Kedua anaknya, mulai ikut bicara. "Ayah, biarlah kami saja yang menangkap
pencuri itu. Kami sudah cukup mampu melawannya. Kami sudah cukup besar, tentu,
pencuri-pencuri itu akan takluk di tangan kami. "Ijinkan kami menangkapnya
Ayah!"
Tak disangka, sang Ayah berpendapat lain. "Jangan. Kalian masih muda dan belum
berpengalaman. Kalian masih belum mampu melawan mereka. Lihat tangan kalian,
masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat kalian masih sedikit.
Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku saja yang menangkap mereka."
Mendengar perintah itu, kedua anaknya hanya mampu terdiam.
Penjagaan memang diperketat, namun, tetap saja keluarga itu kecurian. Sang Ayah
masih saja belum mampu menangkap pencurinya. Malah, kini hewan ternak yang mulai
di ambil. Ia sangat putus asa dengan hal ini. Dengan berat hati, di datangilah
Kepala Desa untuk minta petunjuk tentang masalah yang dialaminya. Diceritakannya
semua kejadian pencurian itu.
Kepala Desa mendengarkan dengan cermat. Ia hanya berkata, "Mengapa tak biarkan
kedua anakmu yang menjaga lumbung? Mengapa kau biarkan semua keinginan mereka
tak kau penuhi? Ketahuilah, wahai orang yang sombong, sesungguhnya, engkau
adalah "pencuri" harapan-harapan anakmu itu. Engkau tak lebih baik dari
pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak hanya mencuri harta, tapi juga
mencuri impian-impian, dan semua kemampuan anak-anakmu. Biarkan mereka yang
menjaganya, dan kau cukup sebagai pengawas."
Mendengar kata-kata itu, sang Ayah mulai sadar. Pada esok malam, diijinkanlah
kedua anaknya untuk ikut menjaga lumbung. Dan tak berapa malam kemudian,
ditangkaplah pencuri-pencuri itu, yang ternyata adalah penjaga lumbung mereka
sendiri.
***
Teman, pernahkan Anda bertanya kepada anak kecil tentang cita-cita dan harapan
mereka? Ya, bisa jadi kita akan mendapat beragam jawaban. Suatu ketika mereka
akan menjadi pilot, dan ketika lain mereka memilih untuk menjadi dokter. Suatu
saat mereka akan mengatakan ingin bisa terbang, dan saat lain berteriak ingin
dapat berenang seperti ikan. Walaupun pada akhirnya kita tahu hanya ada satu
jawaban kelak, namun, pantaskah jika kita melarang mereka semua untuk punya
harapan dan impian?
Begitulah, seperti halnya dalam cerita diatas, ada banyak pencuri-pencuri impian
yang berkeliaran di sekitar kita. Mereka, mencuri semua impian, dan merampas
harapan-harapan yang kita lambungkan. Mereka, selalu menghadang setiap langkah
kita untuk mencapai tujuan-tujuan hidup.
Bisa jadi, pencuri-pencuri itu bisa hadir dalam bentuk orangtua, teman, saudara,
atau bahkan rekan kerja. Namun, yang sering terjadi adalah, kita sendirilah
pencuri harapan dan impian itu. Kita sendirilah pencuri yang paling besar
menghadang setiap langkah. Kita sering temukan dalam diri, perasaan takut, ragu,
dan bimbang dalam melangkah.
Terlalu sering kita mendengarkan suara kecil yang mengatakan, "Saya tidak bisa,
saya tidak mampu." Atau, sering kita berucap, "Sepertinya, saya tak akan mungkin
mengatasinya." "jangan, jangan lakukan ini sekarang, lakukan ini nanti saja.
Terus seperti itu. Kegagalan, sering kita jadikan peniadaan dalam melangkah.
Namun, teman, seringkali bisa keliru. Kegagalan, adalah sebuah cara Allah untuk
menunjukkan kepada kita tentang arti kesungguhan. Kegagalan, adalah pertanda
tentang sebuah usaha yang tak akan berakhir. Kegagalan, adalah sebuah pelajaran
tentang bagaimana meraih semua harapan yang terlewat.
Memang, tak ada kesuksesan yang diraih dalam semalam. Karena itu, yakinlah,
dengan kesabaran kita akan dapat meraih semua harapan dan impian. Maka, yakinlah
dengan semua impian kita. Jika kita mampu, dan nurani kita mengatakan setuju,
jangan biarkan orang lain mencuri impian itu--terutama oleh diri kita sendiri.
Dan teman, jangan jadikan diri kita pencuri-pencuri impian orang lain. Yakinlah
dengan itu semua, sebab Allah selalu akan bersama kita.