Senin, Januari 26, 2009
Juara
Juara
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap
mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya
tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang
dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4
anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak
sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan
mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan
sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang
dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil
itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak
mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di
setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya.
Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.
Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia
tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan
tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku
siap!".
Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong
mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang
bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...
cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus
ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya.
Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam
hati. "Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu
diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada
Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku
panjatkan" kata Mark.
Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk
menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku
tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah
beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
~Author Unknown
***
Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua.
Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak
memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya.
Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa
untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar
diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan
kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.
Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan utuk berdoa pada Tuhan untuk
mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk
menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap
ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan
dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah
bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?
Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan
kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan
yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan
untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang
menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.
Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar
kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Amin