Tukang Cukur
Pada suatu hari Pak Haji dan tukang cukur berjalan melalui daerah kumuh disebuah kota.
Tukang cukur berkata kepada Pak Haji, "Lihat, inilah sebabnya saya tidak dapat percaya pada Allah yang katanya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jika Tuhan itu baik sebagaimana yang engkau katakan, Ia tidak akan membiarkan semua kemiskinan, penyakit, dan kekumuhan ini. Ia tidak akan membiarkan orang-orang ini terperangkap ketagihan obat dan semua kebiasaan yang merusak watak. Tidak, saya tidak dapat percaya ada Tuhan yang mengijinkan semua ini terjadi."
Pak Haji itu diam saja sampai ketika mereka bertemu dengan seseorang yang benar-benar jorok dan bau.
Rambutnya panjang dan janggutnya seperti tak tersentuh pisau cukur cukup lama.
Pak Haji berkata, "Anda tidak bisa menjadi seorang tukang cukur yang baik kalau anda membiarkan orang seperti dia hidup tanpa rambut dan janggut yang tak terurus."
Merasa tersinggung, tukang cukur itu menjawab:"Mengapa salahkan aku atas keadaan orang itu? Aku tidak mengubahnya. Ia tidak pernah datang ke tokoku. Saya bisa saja merapikannya dan membuat ia tampak rupawan!"
Sambil melihat dengan tenang kepada tukang cukur itu, Pak Haji itu berkata:"Karena itu, jangan menyalahkan Allah karena membiarkan orang hidup dalam kejahatan, karena Ia terus menerus mengundang mereka untuk datang dan 'dicukur' akan tetapi mereka selalu mengabaikannya. Alasan mengapa orang-orang itu menjadi budak kebiasaan jahat adalah karena mereka menolak ajakan petunjuk Allah, untuk menyelamatkan mereka."
***
Sahabatku, banyak dari diri kita lebih suka menyalahkan takdir, daripada menyalahkan diri sendiri, kita merasa Allah tidak adil atas pemberian-Nya. Kita merasa telah diperlakukan tidak adil karena kemiskinan kita, masalah-masalah yang menimpa kita.
Sadarkah engkau sahabatku, bahwa Allah selalu memberikan petunjuk dan ajakan kepada kita, akan tetapi diri kita ini mengabaikan bahkan menjauh dari ajakan-Nya. Bahkan kita hanya memandang sebelah mata petunjuk-petunjuk-Nya, di bandingkan petunjuk-petunjuk manusia yang belum pasti kebenarannya.
Sadarkah engkau wahai sahabatku, seberapa sering diri kita ini diingatkan dengan berbagai hal? Sadarkah engkau? Apakah engkau memperhatikannya ataukah mengabaikannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar