Suatu hari, seorang pemuka agama dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh.
Karena sangat sibuk, pemuka agama itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut.
Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini :
Saya kelaparan ...
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya
Saya tergusur ...
dan Anda ke tempat ibadah untuk berdoa bagi kebebasan saya
Saya ingin bekerja ....
dan Anda sibuk mengharamkan pekerjaan yang Anda anggap tidak pantas, padahal halal dan saya membutuhkannya
Saya sakit ...
dan Anda berlutut bersyukur kepada Allah atas kesehatan Anda sendiri
Saya telanjang, tidak punya pakaian ...
dan Anda mempertanyakan dalam hati kesopanan penampilan saya,
bahkan Anda menasehati saya tentang aurat.
Saya kesepian ...
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa
Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...
Setelah membaca puisi itu ...
Pemuka agama tadi terharu dan berkata : "kasihan wanita itu" ... lalu sibuk berdoa kembali, dan wanita itu tetap tidak memperoleh tempat berteduh.
Sahabat, dalam memberi bantuan, kita sering lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis.
Namun, sedikit sekali tindakan nyata yang kita lakukan.
Berusahalah untuk membantu orang, mengasihi orang, bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan nyata.
Orang-orang bijak mengatakan :
Satu perbuatan nyata, sekecil apa pun, jauh lebih berarti dibandingkan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata sama dengan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata akan mengundang beberapa perbuatan nyata lainnya.
(Catatan dari Wulan Puspitasari, Cibinong, Bogor.)
betul seperti puisi anda makna dan pengaruhnya kepada setiap yang mem baca menimbulkan gelora di hati yang mencair yang tak terwakili air mata...
BalasHapussunggu sangat makang
BalasHapuscwe itu
jadi ikut sedih ya